Wednesday, July 28, 2010

Cancels foreign subdebt, 1H10 net income surged 61% yoy

Bank Negara Indonesia cancelled the option to issue US$300mn
subordinated debt (subdebt) and may choose the right issue option. The
right issue plan is getting closer to realization. The privatization committee
has approved the plan and it is just waiting the approval from the House of
Representatives. The process is expected to be completed this semester.
Meanwhile, the bank reported net income of Rp1.93tn in 1H10, 61% higher
compared to the same period a year ago, boosted mainly by the asset
recovery during the first six months in 2010. Net interest income rose slightly
10% yoy to Rp6.13tn from Rp5.60tn at the same period last year. – Bisnis
Indonesia

Risk of Double Dips Recession Looming in the U.S, Thee Shall not Fear Debt

U.S Treasury Yield bertenor 10 tahun turun ke 2.98%, terendah sepanjang empat tahun terakhir. Rendahnya yield tidak mencerminkan solidnya prospek ekonomi US, melainkan sebaliknya, rapuh. Hanya 590,000 pekerjaan yang dihasilkan selama 6 bulan pertama, bandingkan dengan jumlah pekerjaan yang hilang sebesar 9.5 juta selama resesi. Pendek kata, sulit untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi tinggi tanpa ada kemajuan dalam angka pengangguran U.S. Sementara pengetatan budget di Zona Eropa membuat pertumbuhan ekonomi Euro zone nyaris mendekati nol. Akibatnya Bursa Asia pagi ini dibuka melemah, Australia ASX (-0.68%), Nikkei 225 (-1.81%), dan Kospi (-1.3%). Namun Rendahnya tingkat hutang rumah tangga (household debt) akan mencegah Indonesia dari double dips yang mungkin bisa terjadi di U.S dan Eropa.

Rasio consumer lending to GDP di Indonesia relatif rendah (8%), sementara kredit properti hanya mencakup 2.4% dari total GDP. Rendahnya ratio hutang tersebut membantu mencegah krisis keuangan global dan membantu pertumbuhan kredit baik pada sektor retail maupun properti . Dengan dipertahankannya BI rate pada angka 6.5% selama 12 bulan berturut-turut, pertumbuhan kredit sektor konsumen akan terbantu secara signifikan. Hal ini juga ditopang oleh menguatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia pada bulan Juni yang meningkat 1,5 poin ke level 111.4 dibanding bulan sebelumnya. Kenaikan ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian 6 bulan mendatang yang didukung oleh membaiknya beberapa indikator ekonomi juga ikut mendorong kenaikan IKK. Katalis positif untuk sektor perbankan seperti BBRI, BMRI, BBTN dan sektor retail seperti INDF, KLBF, RALS dan ASII.

Penjualan mobil China selama Juni 10.9% (MoM) dibandingkan bulan Mei (25% MoM). Melambannya industri automotif, akan diiringi oleh lemahnya permintaan baja serta permintaan batubara dan nickel. Untuk sementara ini kami masih bearish terhadap komoditas, sampai kami melihat jelas apakah China mengalami soft landing yang memang sangat diperlukan untuk meredam tingginya inflasi di sektor properti dan upah tenaga kerja. Namun secara jangka panjang kami masih bullish terhadap komoditas.