Friday, July 30, 2010

When the Corn Price Getting Softer, Setting-Up Nice Dividends for JPFA and CPIN

Kekhawatiran terhadap deflasi dan pertumbuhan ekonomi yang melambat menghantui bursa U.S, Dow (-0.3%) dan S&P 500 (-0.4%). Penurunan Initial Claim (act 457k Vs cons 464k) yang tidak signifkan juga tidak menolong bursa U.S. Investor masih menunggu cemas data U.S GDP Q2 2010. Tingginya angka pengangguran Jepang dan menurunnya industrial production selama Juni membawa Bursa Asia dibuka negatif, Australia ASX (-0.68%), Nikkei 225 (-1.2%), Kospi (-0.59%) dan Taiwan TAIEX (-0.58%). Yield SUN bertenor 10 tahun kembali turun (8.1%), memicu arus kapital masuk dan mendorong IHSG kembali di teritori positif.

Petani jagung U.S telah menikmati panen yang luar bias

a tahun ini, berpotensi untuk menghasilkan supply berkelebihan. Akibatnya harga jagung per bushel turun dibanding tahun kemarin. Harga jagung sempat menyentuh harga tertinggi di 2008, $7.50/bushel dan YTD berkisar hanya $3.75/bushel (2-yr Lo). Didalam produksi poultry feed, bahan mentah merupakan 90% dari cost produksi. 1 kg untuk poultry feed, ½ nya dari jagung dan sisanya dari soybean. Jadi, harga jagung sangat kritikal untuk biaya produksi JPFA. Tertekannya harga jagung di pasar dunia dan menguatnya rupiah, memungkinkan JPFA dan CPIN untuk menekan opex dan menorehkan profit margin yang meroket. katalis positif bagi JPFA dan CPIN. JPFA dan CPIN mempunyai ROE (29.3% & 52.97 %)dan ROIC (21.5% dan 51.21%) relatif tinggi. Dengan margin yang semakin meningkat, JPFA diperkirakan mampu membayar dividend pertama kali sejak 1997. Dari segi valuasi, JPFA PER 2010 4.8x lebih atraktif di banding  CPIN PER 2010 6.6x.